BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Thursday, May 5, 2011

***ITSAR..PUNCAK UKHWAH ISLAMIYAH***

 Bismillahirrahmanirrahim...

Daripada Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dari Baginda Rasulullah s.a.w, beliau bersabda: Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya’. (HR. Muslim,)



إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.
" (Surah al-Hujuraat:ayat 10)



"Tidak beriman seorang muslim itu sehingga dia mencintai saudaranya
sepertimana dia mencintai dirinya" (Hadis Riwayat al-Bukhari)


Itsar adalah mementingkan orang lain lebih daripada diri sendiri dalam apa jua keadaan, sama ada dalam kesenangan mahupun kesusahan. 
Dari segi istilah, itsar adalah salah satu manfaat diniyah (manfaat keagamaan) yang terwujud bila terjalin ukhuwah di antara orang-orang yang seagama seaqidah. Ia juga dikatakan wujud maksimal ukhuwah Islamiyah yang dimiliki seseorang. Dalam rangka menggapai mardhatillah(keredhaan Allah) semata-mata, seorang muslim bersedia berkorban mendahulukan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri.




“selemah-lemah ukhwah adalah berlapang dada, setinggi ukhwah ialah ITSAR”






Dewasa ini, sukar untuk kite semua menemui sahabat-sahabat serta rakan taulan yang mana lebih mementingkan saudaranya berbanding diri sendiri melainkan menjaga kepentingan diri mereka sendiri. Kehidupan di dunia yang jauh dari sifat-sifat mulia akan dipenuhi keserakahan dan keegoisan adalah cerminan masyarakat yang tidak menegakkan Ukhuwah Islamiyah. Kebanyakan ukhwah yang terjalin adalah untuk kepentingan diri mereka sendiri. Kalu kite menyusuri sirah baginda Rasululla s.a.w, begitu hebatnya ukhwah Baginda Rasulullah dengan para sahabat. Rasulullah s.a.w.  mudah berempati pada penderitaan orang lain, senantiasa menginginkan kebaikan bagi orang lain dan santun serta pengasih dan penyayang terhadap sesama mukmin tanpa mengira sesiapapun. Subhanallah, begitu hebat sekali keperibadian Baginda Rasulullah, kekasih Allah…




Itsar generasi Salafus Shalih
Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia.” Baginda hidup sangat sederhana dan tidur di atas tikar jerami sehinggakan Saidina Umar menangis melihatnya dan Fatimah bersyair di tepi kuburan ayahnya, “Ya ayahhandaku punggungnya penuh dengan bilur-bilur tikar”. Tetapi baginda tidak mahu tikarnya itu dilipat terlalu banyak di bahagian atasnya sebagai bantal kerana takut tidurnya terlalu nyenyak bila terlalu empuk, sehingga khuatir tidak terbangun untuk Tahajud.
Bahkan sampai di saat-saat terakhir kehidupannya pun baginda tetap memikirkan umatnya dan bukan dirinya sehinggakan  tidak mewariskan apa-apa bagi keluarganya. Ucapan yang keluar dari mulut baginda di akhir kehidupannya adalah, “Ummati….Ummati…Ummati...” (Umatku…Umatku…Umatku…)
Keteladanan Rasulullah saw. dalam hal tersebut ternyata terbias kepada para sahabat, isteri-isteri baginda seperti Khadijah, Aisyah dan Zainab binti Jahsy serta Saudah binti Zum’ah.
Suatu saat ketika terjadi pengumpulan dana untuk berjihad fisabilillah semua sahabat berlumba-lumba untuk menginfaqkan segala yang dimilikinya. Termasuk sahabat-sahabat yang utama seperti Saidina Abu Bakar, Saidina Umar dan Saidina Utsman. Kemudian Rasulullah bertanya kepada Umar, “Bagitu banyak yang kau infaqkan Umar, adakah yang tersisa untuk keluargamu?” Umar pun lalu menjawab, “Sebanyak itu pula ya Rasulullah”. Jadi istilahnya fifty-fifty, atau separuh-separuh. Jawapan seperti itu pun meluncur pula dari lidah Utsman ketika ditanya juga oleh Rasulullah dengan pertanyaan yang sama. Namun tatkala pertanyaan tersebut diajukan kepada Abu Bakar As Siddiq ra, jawapannya sungguh mengejutka baginda serta sahabat yang lain.
Jawab Abu Bakar:
“Untuk keluargaku kutinggalkan Allah dan Rasulnya”, keseluruhannya hartanya diinfaknya di jalan Allah, sedangkan urusan keluarganya ia pasrahkan kepada Allah. Sehinggakan Umar berkata, “Sungguh aku tak akan dapat mengalahkan Abu Bakar selama-lamanya”.

Dalam hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, sepasang suami isteri yang memenuhi perintah Rasulullah untuk memberi makan musafir yang kelaparan itu adalah Abu Thalhah dan Ummu Sulaim/ Rumaisha binti Milhan. Pada malam itu mereka segera menidurkan anak-anak mereka yang kelaparan dan berpura-pura makan agar tetamu mereka makan dengan tenang.
Padahal yang sedang dimakan oleh tetamu mereka itu adalah makanan terakhir yang mereka ada pada ketika itu.
Ketika keesokan hari Rasulullah berjumpa dengan Abu Thalhah, baginda bersabda, “Sungguh Allah sangat gembira (tersenyum) menyaksikan perbuatan kalian berdua”.
Kisah itsar yang sangat hebat terjadi pada saat perang Yarmuk. Ikrimah bin Abu Jahl seorang mujahid bersama dua sahabat yang lain terbaring dengan luka-luka yang sangat parah. Ketika seorang sahabat hendak memberinya minum, ia menolak dan menyuruh air itu diberikan ke teman di sebelahnya. Ketika air itu akan diberikan kesebelahnya, orang tersebut juga menyuruh diberikan lagi ke sebelahnya pula. Ia memilih mengalah pula pada saat-saat yang penting tersebut. Namun orang ketiga yang dimaksud sudah meninggal, ketika kembali lagi si pemberi minum ke sahabat yang tengah, ternyata ia sudah syahid juga.
Dan ketika beranjak ke Ikrimah, ia pun telah syahid. Subhanallah, dalam detik-detik terakhir kehidupan atau di saat-saat nyawa dihujung halkum sekalipun mereka tetap menjaga itsar mereka terhadap sahabat-sahabat. Begitu hebat sekali ukhwah mereka. 



Seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya bagaikan bangunan yang saling mengikat dan menguatkan serta bagaikan jalinan antara jari-jemari. (HR.Muttafaq’alaih dari Abu Musa r.a.)



hambaMu yang kerdil mencari keredhaanMu...

0 comments: